TASAWUF SUATU KENISCAYAAN


Sejarah tumbuhnya tasawuf sama panjangnya dengan sejarah lahirnya manusia itu sendiri. Hal ini dapat dipahami dari keberadaan manusia sebagai makhluk Allah yang diciptakan dari dua unsur yang berlainan yaitu jasmani dan ruhani. Jasmani sebagai bagian dari kehidupan nyata tumbuh dan berkembang dari dan dengan yang nyata pula (materi). Allah menjelaskan tentang kejadi manusia ini dengan firman-Nya yang berbunyi:
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ . ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلاَلَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ . ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَا تَشْكُرُونَ (السجدة : 7 – 9)
Artinya: Allah-lah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, Dia memulai kejadian manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati tanah (sulalah) dalam bentuk air yang hina (air mani). Lalu Dia menyempurnakannya dan meniupkan ruh-Nya ke dalam (tubuh manusia itu), dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) sedikit sekali kamu yang bersyukur. (Q.S : al-Sajadah : 7 – 9)
Adam A.S adalah manusia pertama yang dijadikan Allah dengan menggunakan tanah secara langsung, bercampur air, dikeringkan dengan mengunakan suhu panas, dan angin sebagai alat pendingin dalam suatu proses dan sistem tertentu. Tetapi manusia berikutnya yang lahir secara kausalitas dari hubungan biologis antara manusia laki-laki dengan manusia perempuan yang bahannya tidak lagi menggunakan tanah secara langsung tetapi tanah sebagai suatu proses yang pada akhirnya memunculkan seperma (sulalah) yang kemudian terciptalah manusia yang sempurna dalam bentuk tetapi belum sempurna secara utuh. Untuk kesempurnaan manusia secara utuh Allah memberinya ruh yang ditiupkan dari ruh Allah sendiri (min ruhihi).
Dari sini nampak jelas keberadaan manusia itu terdiri dari unsur materi dan non materi. Unsur materi (air, api, angin dan tanah) memunculkan sifat-sifat manusia sebagaimana yang dimiliki oleh keempat unsur tadi. Sedangkan unsur non materi berupa ruh yang suci (ruh al-qudsi) membawa sifat-sifat terpuji seperti halnya sifat-sifat Allah yang Maha Mulia. Sifat-sifat materi yang menjadi sifat lahiriah kehidupan manusia ditunggangi oleh hawa, nafsu, dunia, syathon serta iblis yang kemudian memunculkan sifat-sifat yang tercela (mazmumah) dan disebut dengan istilah fujur, sedangkan sifat ruhaniah yang suci membawa sifat-sifat yang baik (mahmudah) yang disebut dengan istilah taqwa. Pernyataan ini dijelaskan Allah dengan firman-Nya.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا . فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Artinya: dan jiwa serta apa (yang menjadi alat) kesempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu sifat fujur dan taqwa. Sungguh amat beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh amat merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S : al-Syams : 7 – 10)
Esensi manusia terletak pada ruhaninya bukan pada jasmani, karena manusia termulia adalah manusia yang jiwanya selalu dekat dengan Allah yang menciptakannya. “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling taqwa” (al-Hujurat : 13). Tetapi jasmani sebagai bangunan tempat berdiamnya ruhani selagi didunia ini menjadi bagian tak terpisahkan dengannya, meskipun sifat dan keinginan keduanya sering kali berlawanan. Jasmani akan menampilkan sifat-sifat yang tidak terpuji manakala ruhaninya ditutupi oleh awan kegelapan dunia, dipicu oleh keinginan nafsu yang ditunggangi oleh syaithoniyah.
Jasmani membutuhkan makan dan minum, pada hal makan dan minum yang melebihi kebutuhan jasmani membuat jasmani itu malas beribadah, sedangkan ruhani selalu berkeinginan untuk beribadah kepada Allah yang menjadikannya. Jasmani senang kelezatan miskipun mungkin untuk mendapatkan kelezatan itu dia harus melanggar larangan Allah, sedangkan ruhani selalu merasa takut berbuat salah. Manakala tabir penutup ruhani itu tidak segera dibuka, maka kehadiran jasmani dipanggung dunia ini hanyalah menjadi kenderaan iblis dan syaithon untuk berbuat angkara murka yang tidak lagi mengenal batas mana yang haq dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang salah. Rasul SAW menjelaskan;
جمود العين من قسوة القلوب وقسوة القلوب من كثرة الذنوب وكثرة الذنوب من نسيان الموت ونسيان الموت من طول الامل وطول الامل من حب الدنيا وحب الدنيا رأس كل خطيئة
Artinya: Bekunya mata disebabkan kerasnya hati, dan kekerasan hati disebabkan banyak dosa, dosa banyak karena lupa akan mati, lupa mati disebabkan panjang angan-angan, sedangkan panjang angan-angan karena cinta dunia, cinta dunia menjadi sumber segala ma’siat.
Untuk mencegah kekerasan hati dan melunakkannya, manusia perlu membersihkan jiwanya dengan melakukan penyadaran terhadap jasmaninya (taubat) atas tindakan dan perbuatan salah yang pernah dilakukannya. Taubat ini merupakan bagian yang integral dalam amaliah sufi, dan bahkan seorang hamba sebelum melakukan amaliah lainnya terlebih dahulu dituntut untuk melakukan taubat dengan sepenuh hati. Sejarah Adam A.s. yang menyebabkan dia keluar dari surga karena melakukan pelanggaran terhadap larangan Allah, adalah contoh kelasik yang dapat dijadikan i’tibar sepanjang zaman. Adam A.s yang hidup bersama hawa di alam ketenangan (surga) terpaksa keluar ke alam kegundahan (dunia) sehingga memaksanya untuk bertaubat sebagai upaya pengembalian dirinya kealam kesucian.
Fitrah manusia yang diciptakan dalam dua unsur yang berbeda itu, nampaknya membuat manusia tidak terlepas dari kesalahan yang pada gilirannya menjadikan kesucian ruhaninya terkontaminasi dengan berbagai kotoran dosa. Manakala ruhani tidak lagi sesuci disaat dia hadir kedalam tubuh jasmani melalui tiupan ruh secara langsung dari Allah, maka ruhani itu tidak lagi punya kemampun untuk kembali ke alam asalnya yaitu alam lahut sebagai tempatnya semula , padahal manusia dituntut agar dia kemabli kealam asalnya dari petualangannya di alam dunia fana ini.
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Artinya: (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (al-Baqarah: 46)
Tuntutan untuk dapat kembali ketempat asalnya itulah yang membuat manusia harus berupaya maksimal membersihkan jiwanya. Untuk itu muncullah berbagai macam metoda pembersihan jiwa, ada yang mengikuti petunjuk Allah melalui dinullah yang disampaikan para rasul-Nya, dan ada pula yang merekayasa sesuai dengan pemikiran manusia itu sendiri, yang pada akhirnya membentuk suatu agama diluar agama Allah. Namun demikian intinya adalah tuntutan membersihkan jiwa – yang kemudian dikenal dengan nama tasawuf – adalah tuntutan dari ruhani manusia itu sendiri. Itulah sebabnya sejarah tasawuf secara esensi telah tumbuh seiring dengan kehadiran manusia dipermukaan bumi ini. Dengan demikian tidak benar bila dikatakan bahwa tasawuf yang diamalkan oleh orang-orang islam berasal dari ajaran hindu, buda, agama Yahudi, Nasrani, Filsafat Yunani atau budaya Persia seperti banyak dituduhkan sebahagian orang yang anti terhadap ajaran tasawuf. Mungkin ada terdapat peraktek amaliah yang dilakukan oleh sebahagian orang sufi yang mirip dan bahkan sama dengan ajaran agama lain, tetapi itu bukan berarti tasawuf Islam mengadosi dari ajaran mereka, karena tasawuf Islam mengalir melalui saluran agama Allah yang dibawa oleh setiap Rasul-Nya, yang pada akhirnya dikristalisasikan lewat dinullah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat dipahami karena Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang bertugas untuk menyempurnakan ajaran dinullah yang telah disampaikan oleh rasul-rasul Allah sebelumnya. Jadi wajar apabila ada amalliah yang sama dengan apa yang diamalkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena nabi Musa dan Nabi Isa A.s. termasuk deretan rasul Allah yang diutus-Nya.
Ada banyak contoh amaliah tasawuf yang diperagakan lewat Rasul-rasul Allah, seperti taubatnya nabi Adam A.s, sabarnya nabi Ayub A.s, kasysyafnya nabi Khaidhir A.s, Uzlahnya nabi Yunus, A.s. tawakkalnya nabi Ibrahim dan Ismail A.s, laparnya nabi Daud A.s, kesederhanaan nabi Muhammad SAW, dan lain sebagainya. bahkan semua sifat-sifat terpuji para nabi dan rasul sebelumnya terhimpun pada diri nabi Muhammad SAW dan karena itu beliau menjadi contoh terbaik bagi semua orang yang menginginkan kembalinya ruhani yang suci kepada Allah, dan keselamatan di hari akhir serta bagi siapa saja yang mau tunduk kepada Allah dengan banyak berzikir kepada-Nya;
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (keselamatan) pada hari akhir (hari kiamat) dan yang mau berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak. (al-Ahzab : 21)

Drs. KH. Muhammad Rusfi,MA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Drs. KH. Muhammad Rusfi,MA

PERKEMBANGAN TQN SURYALAYA - LAMPUNG

Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya

TASAWUF PADA MASA NABI SAW

RUKUN AGAMA ISLAM (ARKANUDDIN)

KALAM HIKMAH

PEMBANGUNAN MASJID AL-ARAFAH

T A U B A T

MUHASABAH